Belajar Rendah Hati dari Nelayan
Bersyukur akan semua yang kita dapatkan tanpa menyombongkannya di
hadapan orang lain adalah suatu hal yang harus kita terapkan dalam
kehidupan ini. Ini karena apapun yang kita dapatkan dan miliki bukanlah
hasil jeripayah kita sendiri tapi juga ada campur tangan ALLAH.
Kerendahan hatilah yang patut kita latih dan ini bisa kita pelajari dari seorang nelayan yang biasa menghabiskan hari-harinya di laut lepas.
Pada suatu sore yang cerah, seorang cendekiawan ingin menikmati pemandangan laut dengan menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai. Setelah harga sewa per jam disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai. Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan bertanya:
"Apa bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari?"
"Tidak", jawab nelayan itu singkat.
Cendekiawan melanjutkan " Ah, jika demikian bapak telah kehilangan seperempat peluang kehidupan Bapak."
Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu.
"Apa bapak pernah belajar sejarah filsafat?" tanya cendikiawan.
"Belum pernah", jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Cendekiawan melanjutkan " Ah, jika demikian bapak telah kehilangan seperempat lagi peluang kehidupan Bapak". Si Nelayan kembali cuma mengangguk-angguk membisu.
"Apa bapak pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing?" tanya cendikiawan.
"Tidak bisa", jawab nelayan itu singkat.
"Aduh, jika demikian bapak total telah kehilangan tiga perempat peluang kehidupan Bapak"
Tiba-tiba, angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka tumpangi pun oleng hampir terguling.
Dengan tenang nelayan
bertanya kepada cendekiawan :
" Apa bapak pernah belajar berenang?"
" Apa bapak pernah belajar berenang?"
Dengan suara gemetar dan muka pucat ketakutan, orang itu menjawab "Tidak pernah."
Nelayan pun memberi komentar dengan percaya diri, "Ah, jika demikian, bapak telah kehilangan semua peluang hidup bapak."
Dari kisah seorang nelayan yang biasa-biasa ini kita bisa memetik pelajaran untuk tidak meninggikan diri lebih hebat dari orang lain dan sombong seperti cendekiawan.
Karena semua yang kita miliki
selama ini hanyalah titipan dari ALLAH yang bersifat sementara. Semua
orang memiliki keterbatasan dan kekurangan termasuk kita,
mahasiswa-mahasiswi.
Belajarlah rendah hati dari sosok nelayan tersebut
dan syukurilah segala hal yang telah diberikan ALLAH pada kita tanpa
perlu memamerkannya.
Dan jangan pernah puas terhadap apa yang sudah kita
dapatkan tapi teruslah berusaha memajukan diri.